4 Kalimat yang Harus Dihindari Orang Tua Agar Anak Tidak Gagal Sukses

Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Namun, sering kali niat baik tersebut terungkap dalam ucapan yang tidak sepenuhnya mendukung perkembangan positif anak.

Beberapa ucapan dapat berpotensi merusak mental dan kepercayaan diri anak, bahkan saat mereka sudah dewasa. Dalam perjalanan mendukung anak tumbuh, ada kalimat-kalimat tertentu yang lebih baik dihindari agar mereka dapat mencapai keberhasilan.

Berdasarkan pandangan dari sejumlah sumber literatur, ada empat kalimat khusus yang perlu dihindari karena dapat menjadi penghalang bagi kesuksesan anak di masa depan.

Dalam buku berjudul Raising an Entrepreneur: How to Help Your Children Achieve Their Dream karya Margot Machol Bisnow, penulis mengidentifikasi beberapa kalimat yang sebaiknya tidak diucapkan kepada anak. Berikut adalah penjelasannya.

Kalimat Pertama yang Harus Dihindari untuk Mendorong Kepercayaan Diri Anak

Kalimat “Ayah-ibu akan kasih uang kalau nilai kamu bagus” sering kali diucapkan dengan niat baik. Sayangnya, hal ini dapat mengalihkan perhatian anak dari proses belajar yang sesungguhnya.

Fokus berlebihan pada nilai dan prestasi dapat membuat anak merasa tertekan dan mengabaikan perkembangan aspek lain dalam dirinya. Upaya untuk menghargai prestasi akademis seharusnya tidak disertai dengan iming-iming imbalan finansial yang hanya memberikan motivasi jangka pendek.

Fleksibilitas dalam Bermain Sangat Penting bagi Anak

Kalimat “Tidak boleh main sepulang sekolah sampai kamu meningkat” jelas menunjukkan betapa pentingnya dukungan orang tua terhadap kegiatan anak. Bermain adalah salah satu aspek penting dalam tumbuh kembang anak.

Aktivitas bermain tidak hanya menghibur, namun juga membantu anak belajar sosialisasi, membangun hubungan, dan membuat kesepakatan dengan teman-teman. Memaksa anak untuk selalu berfokus pada studi dapat membatasi kreativitas dan keterampilan sosial mereka.

Pentingnya Rasa Percaya antara Orang Tua dan Anak

Kalimat “Ayah/ibu tidak percaya kamu, jadi ayah/ibu mengecek PR kamu dan memperbaiki kalau ada yang salah” menggambarkan kurangnya kepercayaan yang mungkin dialami anak. Kepercayaan antara orang tua dan anak sangat esensial dalam pembangunan karakter dan rasa tanggung jawab.

Jika anak merasa selalu diawasi dan tidak dipercaya, mereka mungkin akan kehilangan kepercayaan diri dalam mengambil keputusan. Contoh nyata bisa dilihat pada kisah John Arrow yang tidak dihukum oleh orang tuanya saat membuat kesalahan, tetapi diberi kesempatan untuk belajar dari kegagalan.

Membantu Anak Memahami Nilai Uang dengan Bijak

Kalimat “Ayah/ibu memberi tambahan uang saku supaya kamu bisa membeli apapun yang kamu mau” dapat menimbulkan masalah dalam pemahaman anak tentang tanggung jawab keuangan. Memberikan anak semua yang mereka inginkan tanpa batasan dapat membentuk pola pikir yang kurang sehat mengenai uang.

Penting bagi orang tua untuk menjelaskan kepada anak bagaimana uang bekerja dan pentingnya menabung. Dengan memberikan penjelasan yang tepat, anak akan belajar untuk menghargai nilai dari setiap rupiah yang mereka miliki.

Memberikan arahan mengenai penggunaan uang saku yang bijak juga bisa membantu mereka untuk lebih bertanggung jawab dalam hal keuangan di masa depan.

Related posts