Pasangan Matius Fakhiri dan Aryoko Alberto Ferdinand Rumaropen telah resmi ditetapkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Papua terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat melalui rapat pleno yang berlangsung pada 20 September 2025. Penetapan ini didasarkan pada hasil pemungutan suara ulang yang menunjukkan Matius-Aryoko meraih 259.817 suara, atau 50,4 persen dari total suara sah.
Keputusan ini diambil setelah Mahkamah Konstitusi menolak gugatan yang diajukan oleh pasangan Benhur Tomi Mano dan Constant Karma, yang sebelumnya berharap untuk membatalkan hasil pemilu tersebut. Gugatan mereka dianggap tidak cukup bukti untuk membuktikan adanya pelanggaran dalam proses pemungutan suara yang berlangsung.
Ketua KPU Papua, Diana Simbiak, menyampaikan hasil rapat pleno yang mencakup penandatanganan berita acara yang dilakukan oleh empat komisioner. Penyerahan berkas hasil pemilihan kepada pihak-pihak terkait seperti gubernur, MRP, dan DPR Papua menjadi langkah selanjutnya sebelum proses pelantikan.
Pemilihan Gubernur Papua: Sejarah dan Perjalanan Panjang
Pemilihan Gubernur Papua bukanlah hal yang baru, melainkan telah melalui beberapa tahapan dan dinamika yang cukup panjang. Pada putaran awal, pasangan Benhur Tomi Mano dan Yermias Bisai sempat dinyatakan sebagai pemenang, namun hasil tersebut digugat dan harus menerima diskualifikasi.
Dalam sidang yang berlangsung, Mahkamah Konstitusi akhirnya memutuskan untuk mendiskualifikasi Yermias. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakjujuran mengenai tempat tinggal, sehingga pemilihan suara ulang (PSU) pun digelar tanpa kehadiran Yermias. Posisi cawagub ternyata diisi oleh Constant Karma, namun tetap tak mampu meraih suara lebih banyak dibandingkan Matius-Aryoko.
Hasil tersebut menunjukkan betapa kompleksnya proses politik yang terjadi di Papua, di mana keinginan akan perubahan sering kali dihadapkan oleh berbagai tantangan. Meskipun ada rivalitas, Matius mengekspresikan keinginannya untuk merangkul semua pihak demi kemajuan Papua.
Tanggapan Para Pihak Setelah Penetapan Gubernur Baru
Sesaat setelah penetapan, Matius mengungkapkan komitmennya untuk bekerja sama dengan seluruh pihak, termasuk lawan politiknya. Ia menekankan bahwa tantangan ke depan membutuhkan kerjasama untuk membangun Papua yang lebih baik dan terintegrasi.
Rasa optimisme dan harapan untuk perubahan positif sangat mengemuka di kalangan masyarakat yang menginginkan stabilitas dan perkembangan di daerah tersebut. Penegasan untuk bersinergi menjadi harapan baru bagi masyarakat Papua yang mendambakan pemimpin yang bisa mendengarkan aspirasi mereka.
Di sisi lain, respon dari pihak Benhur dan Constant pun menjadi perhatian utama. Meskipun kalah, mereka tetap berkomitmen untuk berkontribusi kepada masyarakat dan memberikan masukan kepada pimpinan baru demi kemajuan daerah. Hal ini menunjukkan sikap kedewasaan politik yang diharapkan bisa menjadi teladan bagi orang-orang di wilayah Papua.
Menelisik Lebih Dalam: Masalah dan Tantangan di Papua
Pemilihan ini membuka diskusi lebih dalam mengenai berbagai masalah yang dihadapi Papua, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga kesehatan. Masyarakat Papua sering kali terpinggirkan dalam konteks pembangunan, sehingga harapan akan kebijakan yang pro-rakyat sangat diharapkan di periode mendatang.
Masalah infrastruktur juga menjadi salah satu poin penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah baru. Pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya menjadi kebutuhan mendesak agar aksesibilitas masyarakat semakin baik. Dengan infrastruktur yang memadai, diharapkan ekonomi lokal bisa lebih berkembang.
Selain itu, pendidikan yang berkualitas menjadi aspek lain yang harus diperjuangkan. Masih banyak anak-anak di Papua yang kesulitan mendapatkan akses pendidikan yang layak. Matius dan Aryoko dituntut untuk menciptakan program-program yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan di seluruh wilayah Papua.