Penipu Cinta Simon Leviev Ditangkap di Georgia

Simon Leviev, seorang penipu terkenal asal Israel, kembali menjadi perbincangan hangat setelah penangkapannya di Georgia. Pria yang dikenal lewat dokumenter Netflix berjudul “The Tinder Swindler” ini ditangkap atas permintaan Interpol saat berada di bandara Batumi pada awal 2023. Penangkapan ini menyoroti kembali praktik penipuan asmara yang ia jalankan sekian tahun lalu.

Larangan bepergian seolah tidak menghalangi langkah Leviev untuk terus menipu. Dengan modus yang sama, ia menipu banyak korban dengan daya tarik hidup mewah dan penampilan glamor yang dipamerkannya melalui aplikasi kencan. Sungguh mengejutkan, jika kita menyimak betapa banyaknya orang yang terjebak dalam jebakan emosional dan finansial yang dirancangnya.

Leviev, yang namanya sebenarnya adalah Shimon Yehuda Hayut, memang memiliki rekam jejak yang kelam. Dia dituduh melakukan penipuan keuangan lebih dari US$10 juta atau sekitar Rp150 miliar dengan cara berpura-pura sebagai pewaris kaya. Berbagai wanita menjadi korbannya, terjebak dalam skema romantis yang diatur dengan sangat baik.

Modus Operandi Penipuan Romantis yang Digunakan oleh Leviev

Berdasarkan laporan investigasi, Leviev menggunakan taktik catfishing untuk menarik perhatian korbannya. Dalam modus ini, ia menciptakan identitas palsu dan menggoda wanita dengan cerita hidup glamornya. Dia menunjukkan jet pribadi dan liburan mewah sebagai cara untuk mendapatkan kepercayaan para korbannya.

Setelah mendapatkan kepercayaan, Leviev mulai memanipulasi situasi dengan mengaku sedang dikejar oleh musuh, yang semakin menambah dramatisasi cerita. Hal ini membuat para korban merasa perlu untuk membantu, dan Leviev pun meminta uang dalam jumlah besar, berjanji akan mengembalikannya setelah situasi stabil.

Salah satu korban utama, Cecilie Fjellhøy, mengaku telah memberikan lebih dari US$270 ribu, atau sekitar Rp4,4 miliar, kepada Leviev. Dengan cara yang sama, ia juga berhasil menipu wanita-wanita lain yang terjebak dalam pesonanya, yang pada gilirannya mengakibatkan banyak dari mereka mengalami kerugian finansial serius.

Sejarah Hukum yang Panjang dan Kontroversial

Skandal penipuan ini bukanlah yang pertama bagi Leviev. Pada 2019, ia telah dijatuhi hukuman 15 bulan penjara karena terbukti bersalah atas empat tuduhan penipuan dalam kasus terpisah. Meski begitu, ia hanya menjalani waktunya selama lima bulan sebelum dibebaskan, yang menimbulkan kekecewaan bagi banyak korban.

Pengacara Leviev mengklaim bahwa kliennya sebenarnya bebas bepergian ke mana pun sebelum penangkapannya. Meskipun ada anggapan bahwa penjara dan pengadilan telah memberikan sanksi yang tepat, banyak orang merasa bahwa hukuman tersebut tidak sebanding dengan dampak dari tindakannya.

Keberadaan Leviev di dunia penipuan asmara menunjukkan betapa rentannya banyak orang terhadap penipuan emosional. Penangkapan terbarunya membuka kembali luka lama yang dirasakan korban-korban tersebut, serta memicu diskusi tentang perlindungan hukum bagi yang menjadi sasaran penipuan semacam ini.

Kekerasan Emosional dan Tuduhan Lain yang Menghantui Leviev

Lebih dari sekadar penipu, Leviev juga menghadapi tuduhan yang lebih serius terkait kekerasan. Mantan kekasihnya, Kate Konlin, mengklaim bahwa dia mengalami pelecehan emosional dan fisik selama hubungan mereka. Tuduhan ini menambah lapisan kompleksitas pada kasus Leviev, mempertanyakan sejauh mana dampak dari perilakunya terhadap para wanita yang terlibat.

Konlin mengungkapkan pengalaman traumatis yang ia alami, menjelaskan bahwa dia didorong oleh Leviev dalam sebuah pertengkaran. Meskipun Leviev membantah tuduhan tersebut, pernyataan dari mantan kekasihnya ini menunjukkan betapa berbahayanya karakter orang yang bisa berkelit dari satu masalah ke masalah lain.

Kisah pemerasan dan kekerasan emosional ini semakin memperburuk citra Leviev sebagai penipu. Sementara publik terfokus pada penipuan finansialnya, aspek kekerasan yang lebih mendalam ini sering kali terabaikan dan memerlukan perhatian lebih.

Dampak Dokumenter ‘The Tinder Swindler’ pada Kesadaran Publik

Dokumenter “The Tinder Swindler” yang dirilis pada Februari 2022 mengungkapkan sisi gelap penipuan romansa dan menciptakan kegemparan di kalangan penonton. Film ini tidak hanya mengisahkan kehidupan Leviev, tetapi juga dampak emosional yang dirasakan oleh mereka yang ditipunya. Hal ini membuat banyak orang lebih waspada terhadap hubungan yang tampak terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.

Setelah tayang, dokumenter tersebut menjadi sangat populer di Netflix dan bahkan telah ditonton di lebih dari 90 negara. Respon yang luar biasa ini menunjukkan bahwa banyak orang tertarik untuk memahami lebih lanjut tentang penipuan asmara dan bagaimana praktik-praktik ini dapat terjadi di sekitar mereka.

Dengan perhatian publik yang terus meningkat, diharapkan kasus-kasus seperti ini tidak hanya mengubah cara kita memandang hubungan, tetapi juga memengaruhi langkah-langkah hukum untuk melindungi masyarakat dari penipuan yang semakin canggih. Penanganan hukum yang lebih ketat dan penegakan hukum yang lebih serius mungkin akan menjadi solusi untuk mencegah jatuhnya banyak korban di masa depan.

Related posts