Nusantara memiliki kekayaan sejarah yang sangat dalam dan menarik. Salah satu tokoh yang menarik perhatian dalam sejarah ini adalah Ratu Shima, yang dikenal sebagai ratu dari Kerajaan Kalingga, yang berkuasa pada abad ke-7 Masehi.
Ratu Shima lahir di Sumatera Selatan pada tahun 611 M, di saat peristiwa penting dalam sejarah global juga sedang berlangsung. Dia adalah anak dari seorang agamawan Hindu yang setelah menikah pindah ke Jepara dan menetap di berbagai candi Hindu di kawasan Dieng.
Setelah suaminya, Katikeyasinga, diangkat menjadi Raja Kalingga pada tahun 648 M, posisi dan pengaruh Ratu Shima semakin meningkat. Ketika suaminya meninggal pada tahun 678 M, dia menjadi penguasa tunggal Kalingga meskipun anak-anaknya masih kecil.
Ratu Shima dan Masa Keemasan Kerajaan Kalingga
Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Kalingga mencapai puncak kejayaan. Ratu Shima, yang dikenal dengan gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara, berhasil mengubah kedaulatan Kalingga menjadi pusat perdagangan yang terkenal.
Sebagai seorang pemimpin yang visioner, dia memfokuskan upaya pada pengembangan pelabuhan Jepara. Pelabuhan ini menjadi titik temu para pedagang yang datang dari berbagai belahan dunia, khususnya dalam menjalin perdagangan dengan Dinasti Tang dari China.
Mengacu pada catatan sejarah kuno Tionghoa, para pedagang yang datang ke Kalingga mengakui kekayaan Kerajaan Kalingga, terutama karena garam yang menjadi komoditas utama ekspor. Selain itu, Ratu Shima juga dikenal sebagai pelopor dalam memperkenalkan tata cara dan etika perdagangan.
Kehidupan Sosial dan Budaya di Bawah Pemerintahan Ratu Shima
Kerajaan Kalingga juga dikenal sebagai pusat pendidikan, khususnya dalam bidang astronomi dan aksara. Di Kalingga, terdapat banyak pusat agama Buddha Hinayana yang menarik banyak penganut untuk belajar.
Ratu Shima tidak hanya fokus pada perdagangan dan ekonomi, tetapi juga pengembangan ilmu pengetahuan. Sumber-sumber sejarah mencatat bahwa rakyatnya menikmati pendidikan yang baik dan banyak menerapkan pengetahuan tentang astronomi dalam kehidupan sehari-hari.
Di samping itu, pembentukan identitas budaya di Kalingga juga mendapatkan perhatian khusus. Pengaruh budaya Hindu dan Buddha yang kuat terlihat dalam seni dan arsitektur yang berkembang pesat pada masa pemerintahan Ratu Shima.
Ketegasan dan Keadilan Ratu Shima dalam Memimpin
Nama besar Ratu Shima tidak hanya dikenal dalam lingkup domestik, tetapi juga hingga ke luar negeri, termasuk jazirah Arab. Salah satu aspek yang membuatnya terkenal adalah ketegasan dalam memberikan hukuman bagi pelanggaran hukum.
Dalam sebuah peristiwa yang diabadikan dalam sejarah, Ratu Shima melakukan eksperimen dengan menaruh karung emas di jalanan untuk menguji ketahanan rakyatnya terhadap pencurian. Ketika tidak ada yang berani mengambil, ini menjadi bukti akan penghormatan dan rasa hormat rakyat terhadap hukum dan ketegasan Sang Ratu.
Sewaktu putranya, Pangeran Narayana, secara tidak sengaja menggeser karung emas tersebut, Ratu Shima mengeluarkan keputusan yang sangat keras. Awalnya, dia memutuskan hukuman mati, tetapi kemudian beralih ke pemotongan kaki sebagai bentuk keadilan.
Kehidupan Ratu Shima berakhir pada tahun 695 M, dan Kerajaan Kalingga runtuh pada tahun 752 M. Dalam periode tersebut, sejarah mencatat bahwa Islam di Jazirah Arab telah berkembang pesat, memasuki era Bani Umayyah yang menjadi bagian penting dalam catatan sejarah dunia.
