Elham Yahya Luqman, yang dikenal sebagai Gus Elham, menjadi sorotan masyarakat setelah serangkaian video tindakannya mencium anak-anak perempuan viral di media sosial. Tindakannya ini menuai banyak kritik dari berbagai pihak, memicu debat mengenai batasan perilaku yang dapat diterima dalam konteks interaksi antara tokoh agama dan anak-anak.
Banyak pihak menyatakan keprihatinan terhadap video yang beredar, yang menunjukkan beberapa momen di mana Elham mencium pipi serta bibir anak-anak perempuan. Penolakan atas aksi tersebut menggambarkan ketidakpuasan masyarakat terhadap norma-norma yang seharusnya dijunjung tinggi, terutama oleh seorang tokoh agama.
Menyikapi Video Viral: Permintaan Maaf dan Penjelasan
Menanggapi video yang telah menjadi kontroversi, Gus Elham pun mengeluarkan pernyataan. Ia menegaskan bahwa video tersebut adalah konten lama yang telah dihapus dari akun media sosialnya dan menyatakan bahwa anak-anak dalam video itu berada di bawah pengawasan orang tua mereka.
Elham kemudian meminta maaf kepada masyarakat atas kegaduhan yang ditimbulkan. Ia mengakui bahwa tindakannya merupakan sebuah kesalahan dan berusaha menunjukkan sikap penuh tanggung jawab terhadap kesalahannya.
Dalam pemohonannya, Elham menegaskan etika dalam berinteraksi dengan anak-anak dalam konteks pengajaran. Ia berkomitmen untuk lebih berhati-hati di masa depan agar kejadian serupa tidak terulang.
Kritik Dari Berbagai Pihak Menyusul Kontroversi
Ketua Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), Alissa Wahid, melayangkan kritik terhadap tindakan Gus Elham. Menurutnya, perilaku yang dilakukan Gus Elham merusak martabat dan prinsip dakwah dalam Islam yang seharusnya menampilkan sosok sebagai teladan.
Alissa menegaskan bahwa setiap tokoh agama memiliki tanggung jawab untuk menjadi panutan. Dalam pandangannya, tindakan yang dilakukan Gus Elham tidak mencerminkan nilai-nilai tersebut dan sangat disayangkan, mengingat pentingnya sikap yang patut dicontoh oleh umat.
Ia juga menekankan perlunya setiap pendakwah untuk menunjukkan perilaku yang sesuai agar dapat dihormati dan ditiru oleh masyarakat.
Perspektif Islam: Antara Tradisi dan Etika Moral
Secara tegas, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur turut memberikan kritik yang tajam. Sekretaris MUI, KH Hasan Ubaidillah, menyatakan bahwa tindakan Gus Elham tidak sejalan dengan ajaran Rasulullah yang menunjukkan kasih sayang lewat cara yang tepat.
Menurutnya, ciuman yang ditunjukkan dalam video tersebut melanggar batas kelaziman. Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga etika dalam berinteraksi dengan anak-anak, terutama dalam konteks keagamaan.
Hasan menegaskan bahwa mencium anak perempuan yang sudah mencapai usia tamyiz adalah tindakan yang tidak diperbolehkan dalam Islam, terutama jika bukan mahram. Ia berharap agar kejadian ini menjadi pembelajaran bagi semua pendakwah agar lebih bertanggung jawab di masa mendatang.
Tanggapan Kementerian Agama: Penekanan pada Moralitas
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, memberikan perhatian khusus terhadap kasus ini. Ia menyatakan bahwa setiap tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai moralitas harus memperoleh sorotan dan kritik dari masyarakat.
Lebih jauh, ia meminta masyarakat untuk melihat kasus ini sebagai sebuah peristiwa yang harus diselesaikan secara hati-hati dan tidak tergesa-gesa. Kemenag, menurutnya, telah melakukan langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penyimpangan lebih lanjut di lembaga pendidikan agama.
Nasaruddin menegaskan bahwa pondok pesantren seharusnya menjadi teladan dalam menjaga moral dan etika, agar masalah serupa tidak terulang di masa mendatang.
Respons Partai Kebangkitan Bangsa: Meminta Pertanggungjawaban
Dari sisi politik, suara keras datang dari Maman Imanulhaq, Anggota DPR RI dari fraksi PKB, yang mengutuk tindakan Gus Elham. Ia mengatakan bahwa setiap tokoh agama memiliki tanggung jawab untuk menjadi teladan bagi umat, bukan menciptakan kegaduhan.
Maman juga menekankan perlunya teguran dan pembinaan dari PBNU kepada Gus Elham agar kejadian serupa tidak terulang. Tanggapan ini merupakan wujud komitmen untuk menjaga citra baik tokoh agama di masyarakat.
Dia berharap agar tindakan Gus Elham menjadi pelajaran bagi semua pihak mengenai pentingnya sikap yang pantas dalam menjalankan peran sebagai pemuka agama.
Implikasi Psikologis: Pentingnya Menjaga Batasan Interaksi
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, memberikan perspektif yang menyentuh aspek psikologis dari tindakan tersebut. Ia memperingatkan bahwa perilaku yang melibatkan sentuhan fisik tanpa persetujuan anak dapat menyebabkan dampak serius.
Menurutnya, tindakan tersebut dapat menyebabkan trauma psikologis pada anak, terutama dalam konteks kekuasaan yang sering dimanfaatkan oleh orang dewasa. Arifah menyoroti pentingnya mendidik masyarakat tentang batasan interaksi yang sehat antara orang dewasa dan anak-anak.
Hal ini berkaitan dengan fenomena child grooming, di mana hubungan ketidaksetaraan sering disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Arifah berharap agar kesadaran ini dapat menyebar di masyarakat agar anak-anak lebih terlindungi.
Menunggu Tindakan Tegas: Sanksi yang Diharapkan
Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar, mengharapkan tindakan nyata dari aparat terkait mengenai kasus ini. Ia menegaskan bahwa perilaku Gus Elham tidak dapat dibiarkan, dan menuntut agar ada sanksi yang tegas.
Miftach menggarisbawahi bahwa tindakan semacam itu seharusnya tidak dipandang remeh mengingat dampaknya bagi masyarakat. Ia mendesak agar kepolisian dan pihak berwenang lainnya menanggapi dengan serius kasus ini demi melindungi norma sosial dan moralitas.
Dari pandangan Miftach, PBNU hanya dapat memberikan sanksi administratif, dan oleh karena itu, ekspektasi terhadap pihak berwajib untuk menjalankan tugasnya sangat penting.
