Bangunan Serupa Kabah Ini Akan Menjadi Gedung Tertinggi di Dunia

Pembangunan Megastruktur Mukaab di Arab Saudi kini menjadi sorotan dunia. Proyek ambisius yang terletak di Riyadh ini direncanakan menjadi bangunan terbesar di dunia dan menggugah perhatian karena bentuknya yang menyerupai Ka’bah, tempat suci bagi umat Islam. Dengan nilai investasi sekitar US$ 50 miliar, Mukaab diproyeksikan mencapai ketinggian 400 meter dan dapat menampung lebih dari 400.000 orang.

Menggabungkan desain futuristik dan budaya tradisional, proyek ini akan menawarkan fasilitas yang beragam, termasuk ruang perhotelan, ritel, dan rekreasi. Menyusul rampungnya pekerjaan tanah yang telah mencapai 86%, perusahaan yang bertangggung jawab atas proyek ini mempekerjakan hampir 900 orang per hari dan menggunakan 250 ekskavator untuk mempercepat pembangunan.

Mukaab dan Proyek New Murabba yang Ambisius

Mukaab akan menjadi pusat dari proyek New Murabba yang ambisius, dikembangkan di bagian barat laut Riyadh. Menurut rencana, proyek ini akan mencakup lebih dari 100.000 rumah di atas lahan seluas 19 kilometer persegi. Selain itu, MDC berharap untuk menyelesaikan tahap pertama pada tahun 2030, dengan merencanakan sekitar 8.000 rumah untuk menampung 35.000 orang.

Bangunan ini juga dirancang oleh AtkinsRealis, sebuah firma keahlian internasional. Dengan fasilitas yang beragam termasuk ruang kantor, proyek ini dirancang untuk menjadi jantung dari kota modern, memperkuat visi pembangunan yang luas di Arab Saudi di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed Bin Salman.

Selain memenuhi tujuan pemukiman, Mukaab dan proyek New Murabba ditargetkan untuk menarik pariwisata global, terutama menjelang Expo 2030. Dengan ambisi yang besar, kapabilitas bangunan ini diharapkan mampu mengubah wajah arsitektur dan kehidupan perkotaan di ibukota Saudi.

Kritik Terhadap Desain Mukaab yang Kontroversial

Meskipun terkesan mengesankan, bentuk Mukaab menuai kritik tajam karena kemiripannya dengan Ka’bah di Mekkah. Banyak pihak menyatakan bahwa desain ini membawa makna religius yang kompleks, dengan beberapa peneliti berpendapat bahwa hal tersebut dapat disalahartikan sebagai penghinaan. Ka’bah merupakan pusat ibadah bagi umat Muslim dan memiliki tempat yang sangat spesial dalam agama Islam.

Peneliti Laleh Khalili menilai bahwa desain kubus emas ini mencerminkan simbol penyembahan berhala yang mungkin tidak disadari saat proses perencanaan. Meskipun niat di balik proyek ini mungkin baik, banyak yang meragukan kesesuaian representasi identitas religius dan budaya tersebut dalam arsitektur modern.

Melihat proyeksi pembangunan Mukaab, kritik ini menjadi semakin relevan karena bangunan tersebut direncanakan akan rampung menjelang berlangsungnya Expo 2030, sebuah acara yang diharapkan dapat menghimpun perhatian internasional. Namun, tantangan untuk mendamaikan aspek religius dan modernisasi tetap menjadi diskusi yang tidak terhindarkan.

Pembangunan yang Menyisakan Pertanyaan tentang Keberlanjutan

Di belakang megastruktur ini, terdapat kekhawatiran yang sah tentang dampak lingkungan dari berbagai proyek besar yang sedang berlangsung di Arab Saudi. Meskipun terkesan progresif, pembangunan ini juga berpotensi menyebabkan degradasi lahan yang parah. Menurut PBB, aktivitas pembangunan yang masif ini dapat berkontribusi pada penggurunan dan kerusakan ekosistem yang tak terelakkan.

Pakar kebijakan lingkungan telah menunjukkan bahwa dampak negatif ini dapat menghantui negara dalam jangka panjang, terutama dengan potensi migrasi yang meningkat akibat kekurangan pangan. Degradasi lahan disebabkan oleh penggundulan hutan dan polusi yang terus meningkat, yang menjadi kerugian besar bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Patrick Galey, seorang penyelidik senior, menegaskan bahwa keberlanjutan lingkungan harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap langkah pembangunan. Ancaman terhadap keberadaan ekosistem dan sumber daya pangan tidak boleh diabaikan dalam upaya memenuhi ambisi pembangunan yang tampaknya megah ini.

Realita di Balik Pembangunan Megaproyek

Bersamaan dengan perkembangan ini, muncul laporan mengejutkan mengenai kondisi kerja di lokasi konstruksi yang terlibat dalam proyek-proyek besar tersebut. Laporan menyebutkan bahwa lebih dari 21.000 pekerja, mayoritas berasal dari negara-negara Asia Selatan, kehilangan nyawa dalam insiden yang berkaitan dengan keselamatan kerja yang sangat buruk.

Sebagian pekerja mengungkapkan bahwa mereka diperlakukan layaknya budak, dan lingkungan kerja mereka sangat mengkhawatirkan. Dalam beberapa kasus, pekerja terpaksa membayar denda untuk bisa pulang, sementara pihak berwenang tidak menunjukkan respons terhadap kondisi memilukan yang dialami para tenaga kerja asing.

Perhatian publik pun terfokus pada perlunya reformasi dan perhatian yang lebih besar terhadap kesejahteraan pekerja, khususnya mereka yang terkait dengan proyek Visi 2030. Tanpa perubahan nyata, reputasi Arab Saudi sebagai negara yang bertanggung jawab dan berbudaya akan terus dipertanyakan.

Related posts