Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Nusa Tenggara Barat (NTB) mengumumkan bahwa kenaikan tarif tiket untuk pendakian ke Gunung Rinjani akan berlaku mulai 3 November 2025. Keputusan ini diambil untuk meningkatkan kualitas layanan serta mengelola kawasan dengan lebih berkelanjutan.
Kepala Balai TNGR NTB, Yarman, menjelaskan bahwa penyesuaian tarif ini mengikuti Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor 17 Tahun 2025 tentang pengaturan tiket masuk untuk wisata alam. Hal ini mencakup perubahan tarif yang akan diterapkan bagi pengunjung yang melakukan pemesanan setelah tanggal yang ditentukan.
“Bagi mereka yang telah memesan sebelum tanggal tersebut, tarif lama akan tetap berlaku,” tambahnya. Dengan demikian, perubahan ini diharapkan dapat meminimalisir kebingungan di kalangan pendaki.
Rincian Kenaikan Tarif dan Kelas Tiket Pendakian
Secara spesifik, kenaikan tarif akan menyentuh berbagai jalur pendakian, dengan beberapa jalur mengalami perubahan kelas. Kelas tiket 2 dan 1 untuk jalur Sembalun, Senaru, dan Torean untuk wisatawan mancanegara (WNA) akan dikenakan tarif Rp200.000 dan Rp250.000, sedangkan untuk wisatawan domestik (WNI) tarif hari kerja dan libur juga mengalami penyesuaian.
Untuk WNI, tarif hari kerja ditetapkan Rp20.000 dan Rp50.000, sementara di hari libur, tarif menjadi Rp30.000 dan Rp75.000. Dalam konteks rombongan pelajar dan mahasiswa, ada penurunan tarif menjadi Rp10.000 dan Rp25.000 sesuai dengan kelasnya.
Jalur lainnya yang juga mengalami perubahan tarif adalah Aik berik, Tetebatu, dan Timbanuh. Untuk jalur ini, WNA akan dikenakan tarif Rp150.000 dan Rp200.000, sedangkan tarif untuk WNI ditetapkan sebesar Rp10.000 dan Rp20.000 pada hari kerja.
Dalam hal ini, perubahan tarif merupakan upaya untuk mendukung konservasi dan perbaikan infrastruktur di dalam kawasan. Pihak Balai Taman Nasional juga mengingatkan bahwa setiap pendaki yang melebihi hari pendakian akan dikenakan tarif baru.
Jalur Resmi Pendakian di Gunung Rinjani
Gunung Rinjani memiliki enam jalur resmi yang masing-masing menawarkan keunikan serta tantangan tersendiri. Jalur tersebut mencakup Senaru, Torean, Timbanuh, Aik Berik, Tete Batu, dan Sembalun, yang semuanya memiliki daya tarik yang berbeda bagi para pendaki.
Penting bagi pendaki untuk memilih jalur yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman mereka. Setiap jalur memiliki karakteristik medan dan waktu tempuh yang berbeda, sehingga memerlukan persiapan yang matang.
Lebih jauh, pengelolaan jalur pendakian ini diharapkan dapat menciptakan pengalaman mendaki yang aman dan menyenangkan. Oleh karena itu, pemilihan jalur yang baik juga berkontribusi pada keselamatan dan kenyamanan pendaki.
Pihak Balai Taman Nasional mendorong masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kelestarian alam selama proses pendakian. Ini penting agar semua orang dapat menikmati keindahan alam Gunung Rinjani tanpa merusak ekosistem di sekitarnya.
Seruan untuk Menjaga Kebersihan Lingkungan Pendakian
Pihak Balai Taman Nasional menghimbau kepada semua pendaki agar senantiasa menjaga kebersihan lingkungan selama mendaki. Ada banyak manfaat dari perilaku menjaga kebersihan, termasuk keberlanjutan ekosistem dan kenyamanan bagi pendaki lainnya.
“Mari kita cintai Rinjani dengan cara menjaga kebersihan dan kelestarian kawasan. Setiap orang memiliki peran dalam melindungi keindahan alam ini,” tambah Yarman dalam pernyataannya.
Menjaga kebersihan bukan hanya sekadar tentang membuang sampah pada tempatnya, tetapi juga berhubungan dengan kesadaran kolektif untuk melindungi lingkungan. Ini mencerminkan tanggung jawab sosial yang besar bagi seluruh komunitas pendaki.
Kegiatan bersih-bersih secara berkala juga diselenggarakan untuk melibatkan masyarakat dalam menjaga kebersihan kawasan. Melalui kegiatan ini, diharapkan akan lahir rasa memiliki yang lebih kuat terhadap alam dan lingkungan sekitarnya.
