Sosok Ratu Thailand, Ikon Fesyen yang Meninggal di Usia 93 Tahun

Sirikit, mantan ratu Thailand dan ibu suri, telah berpulang pada 24 Oktober 2025 di usia 93 tahun. Ia merupakan sosok penting bagi sejarah modern Thailand, terutama sebagai istri dari Raja Bhumibol Adulyadej, raja terlama dalam sejarah Thailand yang memerintah selama 70 tahun sejak 1946.

Selama bertahun-tahun, Sirikit dikenal tidak hanya sebagai sosok kebangkitan mode dan keindahan, tetapi juga sebagai pendorong utama berbagai proyek pembangunan sosial di Thailand. Sejak 2019, ia menjalani perawatan di rumah sakit akibat sejumlah penyakit, dan mengalami infeksi aliran darah beberapa hari sebelum wafatnya.

Meninggalnya Sirikit diiringi dengan masa berkabung selama satu tahun bagi keluarga kerajaan dan rakyat Thailand. Ia dikenang sebagai lambang keluhuran dan kasih sayang, serta simbol keibuan bagi banyak warga negara.

Perjalanan Hidup dan Peran Sirikit dalam Sejarah Thailand

Sirikit lahir pada tahun 1932 di tengah perubahan besar dalam struktur pemerintahan Thailand, dari monarki absolut ke konstitusi. Sebagai putri duta besar Thailand untuk Prancis, ia dibesarkan dalam lingkungan yang penuh privilese dan pendidikan tinggi.

Keduanya bertemu di Paris saat Sirikit sedang belajar musik dan bahasa. Pertemuan yang awalnya tidak menyenangkan ini berujung pada cinta yang mendalam, dan mereka pun bertunangan pada tahun 1949 sebelum menikah pada tahun berikutnya.

Sirikit tidak hanya menjadi pendamping suami, tetapi juga seorang ikon fesyen yang dihormati, bekerja sama dengan desainer terkenal untuk menciptakan busana yang tidak hanya memukau tetapi juga melambangkan tradisi Thailand.

Kontribusi Sosial dan Kemanusiaan yang Signifikan

Selama lebih dari 40 tahun, Sirikit aktif dalam berbagai kegiatan sosial, terutama yang berkaitan dengan pembangunan pedesaan. Dia sering bepergian ke daerah terpencil, mempromosikan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa yang kurang mampu.

Pada tahun 1956, ketika suaminya sedang menjalani ritual Buddha, ia mengambil peran sebagai bupati, menunjukkan dedikasinya terhadap pelayanan publik. Ia juga dikenal sebagai pencetus Hari Ibu di Thailand pada tanggal lahirnya, 12 Agustus.

Gelar Ibu Suri pun disematkan kepadanya setelah penobatan putranya, Raja Maha Vajiralongkorn, pada tahun 2019. Perannya di mata rakyat sungguh besar; ia menjadi simbol kekuatan dan kasih sayang dalam masyarakat.

Peringatan dan Penghormatan Terhadap Sirikit

Kepergian Sirikit meninggalkan duka mendalam bagi banyak orang. Ratusan pelayat mengenakan pakaian hitam berkumpul di depan Rumah Sakit Chulalongkorn untuk memberikan penghormatan terakhir. Mereka mengenang jasa-jasanya yang telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.

Salah satu pelayat, Maneenat Laowalert, mengungkapkan perasaannya, “Dunia terasa hampa tanpa beliau. Kami selalu ingat segala yang telah dilakukan Yang Mulia untuk kami.” Ucapan ini mencerminkan bagaimana Sirikit bukan sekadar seorang ratu, tetapi seorang ibu bagi seluruh rakyatnya.

Selama masa berduka ini, banyak kebiasaan dan tradisi diadakan untuk mengenang hidup dan jasa-jasanya. Dalam budaya Thailand, menghormati orang yang telah tiada merupakan suatu kewajiban, dan Sirikit akan selalu diingat sebagai salah satu pilar bagi bangsa tersebut.

Related posts