Sutradara Banjong Pisanthanakun baru-baru ini memberikan pujian kepada Vino G. Bastian yang memerankan karakter utama dalam film “Shutter” versi Indonesia. Film ini menjadi karya kedua dari Banjong yang diadaptasi ke dalam versi lokal setelah sukses sebelumnya dengan “Kang Mak from Pee Mak”.
Dalam “Shutter” ini, Vino berperan sebagai Darwin, seorang fotografer yang mengalami pengalaman aneh saat menangkap gambar. Dalam versi aslinya yang berasal dari Thailand, karakter ini dihidupkan oleh Ananda Everingham sebagai Tun, sehingga adaptasi ini menjadi hal yang menarik untuk ditonton.
Banjong menyatakan bahwa Vino adalah pilihan terbaik untuk memerankan karakter ini, meski ia enggan memberikan banyak informasi mengenai alur cerita. Pujian terhadap karakter Vino sendiri berkaitan dengan kemampuannya dalam menunjukkan sisi lembut dan kesedihan, yang diperlukan untuk karakter utama dalam film thriller horor ini.
Pemilihan Vino G. Bastian sebagai Pemeran Utama
Sutradara Banjong memberikan alasan mengapa ia merasa Vino sangat cocok untuk peran tersebut. Menurutnya, “Mata Vino terlihat ramah dan lembut, sangat penting bagi karakter yang harus mencerminkan kehangatan sekaligus kesedihan.” Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan aktor memegang peranan penting dalam kesuksesan film.
Banjong juga menambahkan bahwa ia sangat ingin melihat bagaimana interpretasi Vino dalam peran tersebut. Ia mengungkapkan rasa antusiasme untuk menyaksikan hasil akhir dari adaptasi ini dan bagaimana Banjong menangkap nuansa hantu dalam konteks modern.
Ia juga mengungkapkan, “Telah berlalu 20 tahun sejak film pertama dirilis, dan tentu saja teknologi fotografi telah berkembang pesat. Saya berharap film ini dapat menggambarkan perubahan tersebut.” Hal ini menunjukkan bahwa perubahan konteks zaman dapat memengaruhi cara cerita disampaikan.
Kisah Menarik di Balik Film Shutter Versi Indonesia
Darwin (Vino) dan kekasihnya, Pia (Anya Geraldine), mengalami insiden yang mengerikan ketika mereka secara tidak sengaja menabrak seorang perempuan saat berkendara pulang dari sebuah pesta. Trauma dari kejadian itu membangkitkan serangkaian kejadian aneh yang tergambar dalam foto-foto yang diambil oleh Darwin.
Serangkaian kejadian aneh dimulai ketika mereka terus melihat penampakan bayangan wanita dalam foto yang diambil Darwin. Film ini menyajikan kombinasi antara elemen thriller dan horor, di mana penonton diajak menyelami ketegangan yang dialami karakter utama.
Latar Belakang dan Kerja Sama Produksi
Film ini merupakan hasil kerjasama antara Falcon Pictures dan GDH, dua rumah produksi yang sudah dikenal di industri sinema. Keduanya telah terbukti bekerja baik melalui proyek-proyek sebelumnya, termasuk “Kang Mak from Pee Mak”.
Adaptasi “Shutter” ini menjadi salah satu sorotan karena banyak penikmat film yang menantikan bagaimana alur cerita dan elemen horor dapat divisualisasikan dengan sendirinya dalam konteks budaya Indonesia. Kehadiran aktor berpengalaman seperti Vino dan Anya diharapkan dapat menarik perhatian penonton.
Film “Shutter” versi Indonesia dijadwalkan tayang di bioskop pada tanggal 30 Oktober, menjadikannya sebagai salah satu film yang dinanti-nanti untuk akhir tahun ini. Pujian yang didapatkan oleh Vino dan sutradara Banjong menunjukkan betapa pentingnya peran yang mereka mainkan dalam kesuksesan film ini.
