Korban Tewas Akibat Ponpes Ambruk Terus Bertambah Menjadi 28 Orang

Proses evakuasi yang berlangsung di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, menyoroti komitmen dan dedikasi tim SAR dalam menangani bencana ini. Sejak kejadian ambruknya gedung tiga lantai pada Senin (29/9) siang, upaya penyelamatan telah dilakukan secara intensif.

Saat ini, tim gabungan telah menemukan total 28 korban jiwa, dengan satu di antaranya ditemukan dalam kondisi yang menyedihkan, berupa potongan tubuh. Ini menjadi momen yang mengharukan bagi banyak pihak yang terlibat dalam operasi ini.

Kasubdit RPDO Basarnas, Emi Freezer, melaporkan bahwa evakuasi dilakukan di sektor-sektor yang telah ditentukan dengan sistematis. Tim harus berhadapan dengan reruntuhan yang sangat berbahaya sambil menjaga harapan untuk menemukan korban yang selamat.

Upaya Evakuasi yang Berjalan 24 Jam Tanpa Henti

Tim SAR bekerja tanpa lelah selama 24 jam untuk mengevakuasi semua korban. Jennifer, salah satu anggota tim, menyatakan bahwa mereka berbagi semangat yang kuat untuk saling mendukung di tengah situasi yang sulit ini.

Dikutip dari para relawan yang terlibat, mereka merasakan beban emosional berat ketika melihat keluarga korban menunggu di sekitar lokasi. Setiap kali tim berhasil menemukan korban, baik yang selamat maupun yang sudah tiada, memberi dampak psikologis yang mendalam bagi semua yang terlibat.

Pukul 00.15 WIB, tim berhasil mengevakuasi satu korban dari sektor A3. Keberhasilan ini menambah semangat dan harapan bagi tim di tengah kesedihan yang mereka saksikan.

Penyebab Ambruknya Gedung dan Dampaknya

Gedung yang ambruk, termasuk musala di asrama putra Pondok Pesantren, sedang dalam tahap pembangunan. Kejadian ini terjadi saat ratusan santri melaksanakan Salat Asar berjemaah, yang semakin menambah tragedi di tempat tersebut.

Sejumlah saksi mengungkapkan bahwa gedung tersebut belum sepenuhnya siap untuk dipakai. Masyarakat setempat berharap dilakukan investigasi mendalam untuk mengetahui penyebab pasti di balik ambruknya gedung.

Tragedi ini menggugah kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kualitas dalam pembangunan infrastruktur yang berkaitan dengan pendidikan. Pihak berwenang diharapkan dapat mengambil langkah preventif untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Dampak Emosional bagi Keluarga dan Masyarakat

Situasi ini menciptakan suasana berkabung di kalangan keluarga korban yang menunggu dengan penuh harap. Banyak dari mereka yang merasa hancur setelah mendengar kabar duka tentang kehilangan orang terkasih.

Masyarakat setempat juga merasakan dampak emosional yang signifikan. Banyak warga yang datang untuk memberikan dukungan moril, membantu proses evakuasi, dan mendoakan keselamatan mereka yang hilang.

Pihak pesantren berjanji untuk memberikan bantuan kepada keluarga korban sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial. Ini menunjukkan solidaritas dan empati di tengah peristiwa tragis yang terjadi.

Keselamatan Sebagai Prioritas Utama ke Depan

Melihat dari kejadian ini, penting bagi semua pihak untuk merenungkan kembali kebijakan keselamatan dalam pembangunan. Setiap struktur baru harus melalui serangkaian pemeriksaan ketat untuk memastikan keamanan bagi pengguna.

Pihak berwenang diharapkan untuk mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran yang terjadi, serta memberikan edukasi tentang pentingnya keselamatan konstruksi kepada masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat tidak mengalami ketakutan saat berada di bangunan yang baru dibangun.

Keselamatan adalah prioritas utama. Operasionalisasi bangunan harus selalu mempertimbangkan sisi keamanan agar kejadian ambruk tidak terulang kembali di masa depan.

Related posts